Monday, April 2, 2012

Mereka Bilang "A", "B", dan "C"

Setiap manusia yang hidup mengalami proses. Baik itu proses pertumbuhan, proses pendewasaan, proses peningkatan iman, proses menuju kesuksesan, dan proses-proses yang lain. Untuk menuju apa yang diinginkan, setiap manusia berproses dengan cara yang berbeda, jalan yang berbeda dan media yang berbeda.
Dalam kasus proses pendewasaan (sikap) misalnya, katanya harus ada yang melalui tahapan alay. Sifat aneh yang berlebihan ini banyak dijumpai dalam pergaulan sehari-hari pada masa kini. Beberapa orang yang alay (selanjutnya disebut "alayers") sering kali tidak merasa bahwa dirinya adalah orang alay. Bahkan ada yang sudah mengakui secara terang-terangan bahwa dirinya tergolong dalam spesies ini, namun malah bangga. #sungguh menggelikan.
Lagi-lagi perlu ditekankan di sini, bahwa "hidup adalah pilihan". Setiap waktu dan setiap langkah, kita sebenarnya selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. Dari pilihan yang sederhana sampai dengan pilihan yang kompleks. Seorang yang bijak akan memilih dengan akal sehat, dan siap menerima konsekuensi atas pilihannya tersebut.
Sedangkan orang yang tidak melakukan sesuatu apapun, dia sebenarnya sudah memilih. Yaitu memilih untuk tidak berbuat dan tidak membuka peluang.
Kembali ke konteks "spesies alay". Kebanyakan orang yang disebut alay, adalah mereka yang sering mengeluh dan pamer dengan cara berlebihan, mengungkapkan sesuatu lewat tulisan atau kata2 yang tidak wajar, dan melakukan hal2 lain yang membuat jengkel (bagi orang2 tertentu).
Saya ingin menyampaikan pesan pada alayers seluruh dunia, khususnya Indonesia, untuk segera menyadarkan diri-sendiri bagaimanapun caranya. Paling tidak mengurangi ke-alay-annya.
Lihatlah kondisi bangsa kita saat ini. Apa jadinya kalau generasi penerus bangsa Indonesia sebagian besar adalah golongan spesies alay. Oke, kalau begitu kita cari jalan tengah ya. Alay tidak apa-apa, yang penting profesional. Udah itu penawaran paling mentok dah.
Kenapa kali ini saya tuliskan mengenai hal semacam ini? Karena dalam beberapa hari ini saya menjumpai beberapa teman saya yang menceritakan ke'alay'an orang lain sehingga membuatnya jengkel dan tak nyaman menjalani hidup. #hmm
Dan saya juga perlu sampaikan pada orang-orang normal, bahwa "alayers" juga manusia. Punya rasa punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati. #malah lagunya seurieus.
Ya, mereka punya perasaan. ke'alay'an yang menempel padanya adalah sebuah proses yang mungkin dia akan menyadarinya ketika sudah menginjak tahapan yang berikutnya nanti.
Terakhir sebagai pesan saya ingin mengutip ini;
Hai orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lainnya, boleh jadi yang diejek lebih baik dari yang mengejek (QS 49:11)
Semoga bermanfaat, :)

sumbergambarninjakonohajournaldotblogspotdotcom

0 comments:

Post a Comment